Awalnya Mesir kuno terdiri dari dua daerah terisolasi yang dilalui Sungai Nil yaitu Mesir hulu atau Mesir atas yang terletak di bagian Selatan dan Mesir hilir atau Mesir bawah yang terletak di bagian Utara. Kondisi geografis kedua daerah inipun berbeda, Mesir hilir terletak bagian hilir Sungai Nil dimana terdapat tanah berawa-rawa subur dan Delta Sungai Nil yang subur pula, sedangkan Mesir hulu terletak di suatu pita sempit yang memanjang lebih dari 1000 km di tepi kedua Sungai Nil antara dua gurun pasir yang suka “mencaploknya”.
Keadaan tersebut menimbulkan sikap berlainan antara kedua daerah, persaingan dan konflik pun sering terjadi. Hal tersebut didukung dengan latar belakang budaya berbeda dari kedua daerah disebabkan dari isolasi alam yang ketat untuk kedua daerah.
3000 SM masyarakat Mesir bagian Utara telah berhasil membangun kekuatan politik untuk menguasai Mesir daerah Selatan dengan dibentuknya sebuah kerajaan. Namun, usaha untuk menguasai Mesir bagian Selatan gagal, karena ternyata Mesir bagian Selatan juga telah menyatukan diri di bawah seorang Raja. Dengan demikian timbul dua kerajaan Mesir dengan mahkotanya sendiri-sendiri. Bahkan antara 2900-2800 SM Mesir bagian Selatan di bawah pimpinan Raja Menes berhasil menyerang dan menaklukkan Mesir bagian Utara. Kemudian Menes menyatukan mahkota kerajaan dan membangun Ibukota Negara dengan nama Memphis yang terletak di antara bagian Selatan dan Utara. Di bawah pemerintahan Menes terjadi begitu banyak pemberontakan. Namun, kekuasaan Menes dapat bertahan dan dapat dikonsolidasikan kepada masyarakat.
Bangsa Mesir berhasil menjadi bangsa yang kokoh kesatuannya ketika diperintah Raja Joser dan Imhotep (wesir atau patihnya), dan berhasil mendirikan jaman yang dikenal dengan jaman Kerajaan Kuno (2700-2200 SM) yang memuat empat dinasti. Pada kepemimpinan Raja Joser jugalah Piramide pertama dibangun.
Sekitar 2200 SM Mesir mengalami kekacauan. Kaum petani memberontak melawan pemerasan pajak dak kerja paksa. Hasil dari pemberontakan tersebut, sejumlah penguasa bagian melepaskan diri dan mulai bersaing memperebutkan kekuasaan tertinggi. Pada masa ini terjadi perampasan harta Firaun di Piramide, bahkan peti Firaunyang berharga juga dirampas. Selama satu setengah abad hal demikian terjadi. Sejumlah percobaan untuk kembali pada kesatuan dan ketentraman selalu kandas di tengah jalan.
B.Hasil-Hasil Kebudayaan Mesir Kuno
Mesir sebagai salah satu pusat peradaban dunia memiliki hasil kebudayaan bernilai tinggi, baik itu budaya fisik maupun non fisik. Hasil-hasil budaya tersebut dapat dilihat pada bidang-bidang berikut.
1. Religi dan Ilmu Pengetahuan
Dalam bidang religi, hasil budaya Mesir yang sangat terkenal adalah Piramide. Piramide adalah makam para Firaun (Raja Mesir), dimana saat dimakamkan di Piramide mereka dibekali dengan harta selama masanya berkuasa. Munculnya Piramide diawali kepercayaan masyarakat Mesir bahwa mereka ketika mati memerlukan tempat tinggal yang kemudian dikenal dengan sebutan “gedung baka”. Tempat ini layaknya dibentuk seperti rumah duniawi mereka dan dilengkapi dengan segala hal yang bisa menyenangi mereka saat mati. Ajaran Istana baka sendiri dicetuskan oleh para wali kuil atau pemimpin agama yang sangat berpengaruh dalam pemerintahan. Piramide dibangun pertama kali pada masa pemerintahan Raja Joser (2700-2200) sebagai bentuk lain dari istana baka. Pada dinding Piramide dilukiskan gambar, relief dan arca yang melukiskan riwayat para Raja, madah pujian agamawi, serta kejadian sehari-hari.
Pada masa pemerintahan Raja Thebe (2000-1800) bentuk Piramide dibangun dengan bentuk lebih kecil, tetapi tulisan-tulisan dinding semakin banyak sebagai mantra pelindung makam. Selain Piramide, hasil budaya Mesir kuno yang berupa bangunan atau benda besar adalah Sphink dan Obelisk. Sphink adalah bangunan penjaga piramide dengan bentuk badan singa dan kepala sang Raja yang mati. Sedangkan Obelisk adalah tiang persegi yang amat tinggi dipotong sekaligis dari batu karang dan konon keberadaan obelisk ada hubungannya dengan penyembahan Matahari.
Mengenai agama, Masyarakat Mesir awalnya melihat binatang-binatang yang terdapat di sekitar Sungai Nil, lalu memproyeksikan kekuatan-kekuatan gaib padanya. Misalnya, burung (kemampuan terbang), singa (lambang kekuatan), buaya (keganasan), ular (rahasia, bahaya, cedik), burung ibis (kearifan). Karena hal-hal tersebut maka beberapa dewa diberi badan yang aneh: Sekmet (wanita berkepala singa), Sobek (berbadan buaya, dewa air), Amun (raja dari dewa, berkepala kambing.
Para wali kuil tidak hanya membawa pengaruh dalam bidang kerohanian saja, tetapi juga mencakup ilmu pengetahuan seperti ilmu falak dalam arti astronomi dan astrologi. Mereka mempelajari perjalanan bintang dan berhasil menyusun penanggalan berdasarkan tahun matahari yang memuat 365 hari (1230+5). Tahun ini dimulai dengan naiknya air Sungai (pertengahan Juli).
2. Mata Pencaharian dan Teknologi
Sifat suatu bangsa serta budayanya terutama ditentukan oleh keadaan tanah, cara khas bertani, hasil pertaniannya, luas area pertanian, iklim dan musim. Bidang-bidang tersebut menentukan perkembangan bidang Ekonomi dan Politik suatu bangsa pada masyarakat kuno. Hal-hal tersebut pula menentukan irama hidup, gaya hidup serta tingkah laku manusia.
Pada masyarakat Mesir kuno keadaan tersebut dapat dilihat pada masyarakat yang mendiami Lembah Sungai Nil bagian Utara maupun bagian Selatan. Lahan-lahan di sekitar sungai Nil selalu mendapat kiriman banjir setiap tahun yang berasal dari Sungai Nil sendiri, hal ini membawa akibat suburnya tanah-tanah di sekitar Sungai Nil. Namun, suburnya daerah sepanjang Sungai Nil tidaklah sama, penduduk lembah Nil yang terisolasi memiliki lahan yang tidak kena luapan banjir Sungai Nil, maka sebagai pemecahnnya dibuatlah Irigasi. Dengan adanya Irigasi bertambahlah persediaan pangan bagi penduduk. Sehingga banyak penduduk yang tertarik bertani di Mesir.
Pada waktu itu masyarakat Mesir tidak hanya hidup dari pertanian dan peternakan saja, bidang pertambangan pun sudah digeluti. Pertambangan yang ditemukan di Mesir antara lain Wadi Alaki menghasilkan tembaga dan batu pualam, tambang emas di pegunungan Sinai. Selain logam, batu-batuan seperti gamping, batu pasir merah, granit, sabak juga dicari oleh masyarakat Mesir.
3. Sistem Kemasyarakatan dan Bahasa
Pada masyarakat Mesir kuno keadaan tersebut dapat dilihat pada masyarakat yang mendiami Lembah Sungai Nil bagian Utara maupun bagian Selatan. Lahan-lahan di sekitar sungai Nil selalu mendapat kiriman banjir setiap tahun yang berasal dari Sungai Nil sendiri, hal ini membawa akibat suburnya tanah-tanah di sekitar Sungai Nil. Namun, suburnya daerah sepanjang Sungai Nil tidaklah sama, penduduk lembah Nil yang terisolasi memiliki lahan yang tidak kena luapan banjir Sungai Nil, maka sebagai pemecahnnya dibuatlah Irigasi. Dengan adanya Irigasi bertambahlah persediaan pangan bagi penduduk. Sehingga banyak penduduk yang tertarik bertani di Mesir.
Pada waktu itu masyarakat Mesir tidak hanya hidup dari pertanian dan peternakan saja, bidang pertambangan pun sudah digeluti. Pertambangan yang ditemukan di Mesir antara lain Wadi Alaki menghasilkan tembaga dan batu pualam, tambang emas di pegunungan Sinai. Selain logam, batu-batuan seperti gamping, batu pasir merah, granit, sabak juga dicari oleh masyarakat Mesir.
3. Sistem Kemasyarakatan dan Bahasa
Penduduk mesir terdiri atas tiga ras yakni: Ras Mediteran, Ras Negroid dan Ras Crogmanoid. Bahasa Mesir dalam segala jaman selalu ada hubungan dengan bahasa Semit dan Hamit, tetapi karena isolasi masing-masing daerah berkembang terbentuklah bahasa baru yang khas.
Tulisan Mesir mempunyai corak khusus. Menurut para ahli, wali kuil memikirkan sistem tulisan karena rangsangan dari bangsa Sumeria. Namun, jika dilihat para wali kuil tidak menulis di atas tanah liat seperti kaum Sumeria. Para walikuil menulis huruf-huruf yang merupakan gambaran (piktogram) dan diukir di batu atau dilukiskan pada dinding atau papyrus (daun semacam rotan yang tumbuh di sepanjang Sungai Nil). Tulisan Mesir kuno disebut Hieroglyph atau ukiran suci.
C.Pengaruh Kebudayaan Mesir Terhadap Eropa dan Dunia
Mesir berada di wilayah Laut Tengah, dimana juga berada pusat-pusat peradaban lainnya. Selain berada di Laut tengah, Mesir juga mudah di datangi bangsa-bangsa Eropa dan Asia. Untuk menuju Mesir, bangsa Asia dapat melewati Kanaan (Syria, Lebanon, Palestina), sedangkan bagi bangsa Eropa, khususnya Yunani, dapat menyeberangi Laut Tengah. Keadaan Geografis Mesir yang demikian dapat memudahkan terjadinya pertukaran budaya antar bangsa yang berbeda kebudayaan.
Meskipun demikian, keadaan tersebut tidak membuat Mesir kehilangan identitas budaya khasnya, bahkan pengaruh langsung dari Asia tidak bisa mengubah corak khas Mesir. Mesir tetap tampil sebagai bangsa besar mandiri, dan menjadikannya salah satu pusat peradaban.
Pengaruh Mesir pada dunia tidak dapat dipisahkan begitu saja. Sistem penggalan matahari yang ditemukan para wali kuil masih digunakan sampai saaat ini bahkan menjadi patokan penanggalan hampir seluruh dunia. Ilmu astrologi dan astronomi yang mempelajari tentang bintang dan benda langit juga masih digunakan dunia hingga saat ini. Selain itu sistem irigasi Mesir, yang membuat Mesir kaya akan hasil pertanian, sekarang juga digunakan pada pertanian modern di seluruh dunia.
Tulisan Mesir mempunyai corak khusus. Menurut para ahli, wali kuil memikirkan sistem tulisan karena rangsangan dari bangsa Sumeria. Namun, jika dilihat para wali kuil tidak menulis di atas tanah liat seperti kaum Sumeria. Para walikuil menulis huruf-huruf yang merupakan gambaran (piktogram) dan diukir di batu atau dilukiskan pada dinding atau papyrus (daun semacam rotan yang tumbuh di sepanjang Sungai Nil). Tulisan Mesir kuno disebut Hieroglyph atau ukiran suci.
C.Pengaruh Kebudayaan Mesir Terhadap Eropa dan Dunia
Mesir berada di wilayah Laut Tengah, dimana juga berada pusat-pusat peradaban lainnya. Selain berada di Laut tengah, Mesir juga mudah di datangi bangsa-bangsa Eropa dan Asia. Untuk menuju Mesir, bangsa Asia dapat melewati Kanaan (Syria, Lebanon, Palestina), sedangkan bagi bangsa Eropa, khususnya Yunani, dapat menyeberangi Laut Tengah. Keadaan Geografis Mesir yang demikian dapat memudahkan terjadinya pertukaran budaya antar bangsa yang berbeda kebudayaan.
Meskipun demikian, keadaan tersebut tidak membuat Mesir kehilangan identitas budaya khasnya, bahkan pengaruh langsung dari Asia tidak bisa mengubah corak khas Mesir. Mesir tetap tampil sebagai bangsa besar mandiri, dan menjadikannya salah satu pusat peradaban.
Pengaruh Mesir pada dunia tidak dapat dipisahkan begitu saja. Sistem penggalan matahari yang ditemukan para wali kuil masih digunakan sampai saaat ini bahkan menjadi patokan penanggalan hampir seluruh dunia. Ilmu astrologi dan astronomi yang mempelajari tentang bintang dan benda langit juga masih digunakan dunia hingga saat ini. Selain itu sistem irigasi Mesir, yang membuat Mesir kaya akan hasil pertanian, sekarang juga digunakan pada pertanian modern di seluruh dunia.
M.S.Mitchel Vinco
Dalam kuliah Sejarah Asia Barat/Timur Tengah
0 komentar:
Posting Komentar